Trans Jogja ditarget Rp15 miliar

HARIAN JOGJA - DANUREJAN: Dinas Perhubungan (Dishub) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY menargetkan pendapatan bus Trans Jogja mencapai Rp15 miliar. Namun, data menunjukkan selama November 2008 terjadi penurunan pendapatan. Kepala Bidang Angkutan Dishub Provinsi DIY, Sigit Haryanto, menegaskan target pendapatan Rp15 miliar tersebut dihitung dari jumlah penumpang dalam enam bulan terakhir, di mana penumpang Trans Jogja mengalami kenaikan 25%.

Pada awal 2008, jumlahnya hanya mencapai 10%, sedangkan total pendapatan Trans Jogja hingga November lalu sudah mencapai Rp10 miliar. “Itu sebabnya kami targetkan bisa mencapai Rp15 miliar,” ujarnya pada rapat pembahasan RAPBD dengan Komisi B DPRD DIY, Kamis (4/12) kemarin.
Dishub, lanjut Sigit, belum berencana mengubah jalur bus. Alasannya, untuk memperhatikan pengaruh sosial. “Kami akan terus kaji, karena tidak lepas dari dampak sosial,” imbuhnya.
Untuk sementara, tren peningkatan jumlah penumpang terjadi di jalur 1A dan 1B. Karena baru beroperasi, trans Jogja berencana melakukan evaluasi untuk optimalisasi enam jalur. Hal itu menyangkut kajian ketepatan waktu dan strategi peningkatan jumlah penumpang.
Hasil evaluasi internal Dishub menyebutkan penumpang umum mendominasi. Rata-rata penumpang umum memadati Trans Jogja pada pukul 09.00--13.00 WIB.

Pelajar & mahasiswa


Sigit menyebutkan penumpang Trans Jogja dari mahasiswa relatif masih rendah. “Sulit mengalihkan pengguna ke mahasiswa, karena mereka kebanyakan menggunakan sepeda motor.” Dishub akan berupaya menjaring masukan dari pelajar. Saat ini, Dishub telah melakukan diseminasi informasi kepada 50 sekolah. Harapannya, target pemenuhan penumpang dari kalangan pelajar meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan para pelajar, waktu tempuh nantinya juga akan dipercepat. Uji coba akan dilakukan pada 15 Desember. Namun, Sigit belum menyebutkan angka proyeksi khusus bagi target pemenuhan pendapatan pelajar. Terkait dengan pemasangan iklan di Bus Trans Jogja, Dishub tengah membuat kerangka acuan kerja bersama Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD). Pengaturan iklan nantinya akan difungsikan untuk menambah pendapatan daerah.

Selain itu, upaya kerja sama pengelolaan aset juga telah disepakati oleh Pemprov dan PT JTT (Jogja Trans Tugu). Menanggapi penjelasan Dishub, Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY, Nur Achmad Affandi, meminta Dishub segera menghitung proyeksi pendapatan untuk 2009. Proyeksi pendapatan, menurut Affandi, bisa ditingkatkan dengan target penumpang dari mahasiswa. “Armada yang ada jangan hanya diefektifkan di jalur Utara, moda trasportasi mestinya bisa lebih baik,” tegas dia. Anggota Komisi B, Esti Wijayati, menegaskan pendapatan Trans Jogja semestinya tidak hanya mengandalkan penjualan tiket. Perubahan manajemen perlu dilakukan untuk menambah pendapatan. “Mestinya pendapatan dihitung rata-rata per bulan, angkanya harus logis,” cetus Esti. Pendapatan turun Diperoleh data, pendapatan rata-rata per hari Trans Jogja mengalami penurunan selama November lalu. Hal itu disebabkan berkurangnya aktivitas masyarakat umum yang merupakan pengguna terbesar Trans Jogja. Berdasarkan data Dishub, pendapatan per hari Trans Jogja dari penjualan tiket selama November turun menjadi Rp38,8 juta.

Padahal, pendapatan Trans Jogja mencapai Rp41,6 juta per hari pada bulan sebelumnya. Jumlah rata-rata penumpang Trans Jogja juga menurun menjadi 12.945 orang per hari selama November. Sebelumnya, jumlah penumpang Trans Jogja tercatat 13.879 orang per hari. Hingga awal November 2008, total pendapatan Trans Jogja sudah mencapai Rp10 miliar dengan total jumlah penumpang sebanyak 3.428.553 orang. Guna menarik minat masyarakat untuk menggunakan Trans Jogja, Dishub mengadakan bus priority yang saat ini sudah melalui proses. Dalam waktu dekat, jelas Sigit, peralatan untuk bus priority akan dipasang. Uji coba akan dilaksanakan Desember ini, dan rencananya mulai resmi dioperasikan tahun depan.

“Dari rapat koordinasi dengan Polda, Poltabes dan Pemkot Jogja, uji coba bus priority di simpang tiga UIN dan simpang tiga Kusumanegara Cendana,” jelasnya. Dishub juga akan menyediakan satu unit halte mobile yang bisa berpindah-pindah dalam bentuk karavan. Halte itu dibuat dari bekas bus Damri yang dimodifikasi. Fungsinya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang ketika terjadi kesulitan untuk naik-turun di halte tertentu. “Bisa saja sebuah halte tidak bisa menaikkan-menurunkan penumpang karena di sekitarnya ada aktivitas yang menyebabkan lokasi menjadi penuh, akibatnya penumpang kesulitan untuk naik atau turun dari halte tersebut,” jelasnya. Hastono Bayu Trisnanto, Research and Development Manager PT Gamatechno Indonesia, menjelaskan halte mobile akan diselesaikan tahun ini dan beroperasi mulai 2009. Sistem yang dikembangkan menggunakan teknologi smart card.

“DIY merupakan yang pertama dalam mengimplementasikan sistem smart card. Untuk data transaksi akan tercatat dengan teknologi GPRS yang terkirim ke server milik Dishub DIY,” jelasnya. “Ada rencana untuk menggabungkannya dengan kartu mahasiswa maupun pelajar. Untuk merealisasikannya, dilakukan kerja sama dengan perguruan tinggi dan sekolah. Selain itu, kerja sama dengan pabrik lokal dalam hal pengembangan perangkat juga dilakukan,” terang Bayu.

Oleh Shinta Maharani & Nadia Maharani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor