Labuhan di Merapi; Tanpa Mbah Maridjan

MENDUNG, gerimis dan kabut tebal bergelayut tak menyurutkan niat dan semangat ratusan pendaki yang akan mengikuti prosesi Labuhan di Gunung Merapi. Kedatangan mereka berduyun-duyun untuk ngalap berkah dalam rangkaian prosesi labuhan Gunung Merapi, Jumat pagi (24/7). Perjalanan berat terasa saat KR mengikuti prosesi labuhan ini. Perjalanan dari Desa Kinahrejo menuju ke tempat labuhan, Posko kedua yang dinamakan Rudal ini memakan waktu perjalanan antara dua hingga lima jam yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.

Jarak tempuh perjalanan ini sekitar delapan hingga 10 Kilometer dengan jalan menanjak naik kanan kiri jurang dan setapak, jalanan licin. Posko kedua, Rudal, dicapai setelah melewati posko pertama yakni Sri Manganti. Sejak pukul 01.00 dinihari ratusan orang telah memadati area ini. Mereka bukan berasal dari Yogyakarta saja, namun ada juga yang berasal dari Magelang, Semarang, Sukoharjo, Kebumen bahkan dari Kalimantan. Pemandangan labuhan menarik minat wisatawan asing yang tak sia-sia untuk meninggalkan momen langka ini. Setelah adzan shubuh sekitar pukul 05.00 WIB, rombongan pembawa sesajen yang merupakan abdi dalem kraton Yogyakarta dan masyarakat sekitar mulai melakukan perjalanan setelah sebelumnya diadakan wayang kulit semalam suntuk di rumah Juru Kunci, Mbah Maridjan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Kuku Bima Energi ikut mendukung kegiatan ritual labuhan ini. Berbeda dengan Labuhan sebelumnya yang selalu dipimpin oleh Juru Kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan, Labuhan kali ini, dipimpin oleh Surakso Asihono atau yang akrab disapa Pak Asih dan Suraso Sutrisno atau Ibu Pawit. Berbagai benda yang dibawa untuk labuhan di antaranya aneka selendang di antaranya Semekan Gading melati, Semekan Gadung, Sinjang Kawing Kemplang , Sinjang cangking, selain itu ada aneka wewangian,ingkung ayam beserta nasi dengan lauk parutan kelapa goreng untuk dibagikan bagi warga masyarakat, aneka jajan pasar serta kembang setaman dan sebagainya.

Pada KR, salah seorang anak Mbah Maridjan, Surakso Asihono menuturkan jika Labuhan Gunung Merapi ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur akan kebesaran Tuhan atas anugerahnya Gunung Merapi.Labuhan juga dilakukan sebagai pengharapan warga supaya Gunung Merapi tetap terjaga dan tidak murka yang berimbas pada bencana alam. Ditanya mengenai kondisi Mbah Maridjan, ia hanya mengatakan jika Mbah Maridjan saat ini tidak dapat memimpin jalannya prosesi labuhan karena sedang sakit. ”Hanya sakit ringan, sudah sepuh ya batuk dan pileg,” tuturnya singkat.

Mengenai benda-benda yang dibawa pada saat labuhan, ia tuturkan jika benda-benda ini tidak dibuang atau dilarung namun benda ini telah ada yang memesan satu tahun yang lalu sehingga benda ini diberikan pada warga pemesan. ”Ada 12 orang warga yang memesan meminta barang yang dilabuh ini sudah sejak satu tahun lalu mereka antre,” jelasnya. Salah seorang warga Semarang, Ijun (34) mengaku untuk labuhan kali ini ia sedikit mengalami kekecewaan lantaran tidak hadirnya Mbah Maridjan. Berbeda dengan Haryono (39) warga Sawangan Magelang mengaku ia tidak mempermasalahkan ketidakhadiran Mbah Maridjan. Sementara itu, Vanessa (28) mahasiswa asing asal Perancis yang sedang berlibur di Yogyakarta mengaku datang ke Gunung Merapi karena penasaran akan tradisi masyarakat kawasan Gunung Merapi. (Rahajeng Kartika AP)-n

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor