Merti Bumi Telan Rp15 juta

HARIAN JOGJA - KALASAN: Meski menelan dana yang tak sedikit, warga Dusun Ngajeg, Tirtomartani, Kalasan, Sleman berencana menjadikan kegiatan bersih desa atau yang biasa disebut Merti Bumi, sebagai agenda tahunan.

Tahun ini Merti Bumi di Dusun Ngajeg menelan biaya Rp15 juta lebih. Biaya itu untuk pembuatan jodang yang membutuhkan dana sekitar Rp1,5 juta – Rp2 juta per satu jodang.

Juga untuk biaya pembuatan tumpeng, menyewa kostum, dan akomodasi lainnya. Namun warga Dusun Ngajeg tidak keberatan untuk memberikan iuran sukarela demi terwujudnya upacara adat
tersebut.

Merti Bumi digelar Sabtu (25/7) lalu. Acara dimulai dengan arak-arakan lima buah jodang yang berisikan hasil bumi. Masing-masing diarak oleh empat orang bregodo diikuti oleh
50 pembawa tumpeng yang diantaranya bersisikan nasi, lauk pauk dan makanan tradisional setempat.

Kirab dilakukan mengelilingi Dusun Ngajeg dan dimulai dari rumah kepala dusun. ”Selain gunungan para prajurit juga mengarak empat buah keris pusaka yang menjadi cikal bakal terbentuknya Dusun,” kata Sugeng Mustofa, Kepala Dusun Ngajeg, pada Harian Jogja, Sabtu (25/7).

Empat keris pusaka itu adalah keris lanang dan wadon yakni Kyai Guntur Sakti dan Nyai Ageng Langgeng serta keris Kyai Guntu Gati dan Nyai Ageng Jagih. Selain itu juga diarak gunungan yang terbesar setinggi 2 meter, yakni Gunungan Karanghayon.

Isinya adalah uluwetu pertanian, yang diantaranya adalah tebu, padi, dan berbagai hasil bumi seperti padi, buah-buahan dan sayuran. ”Gunungan itu sebagai ungkapan syukur warga atas hasil panen yang melimpah,” terang Sugeng, yang juga menjadi Ketua Panitia Acara.

Lima buah jodang itu adalah hasil dari persembahan warga, lalu ditempatkan di lapangan untuk dinilai. Bentuknya beraneka ragam ada yang berbentuk rumah limasan, rumah panggung dan rumah adat Minangkabau, yang menggambarkan keanekaragaman suku yang ada di Indonesia.

Ritual yang baru diadakan kedua kalinya ini, rencananya akan menjadi agenda tahunan atas persetujuan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sleman. Sebelum menjadi agenda tahunan ritual upacara bersih desa ini hanya rayakan dengan melakukan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.

”Tapi karena permintaan warga yang antusias untuk mengadakan perayaan ini lagi, maka tahun ini diadakan kembali,” ujarnya. ”Warga yang hadir saya perkirakan sekitar 1000 orang, dan antusias warga yang hadir membuat saya yakin tahun depan akan bisa dilaksanakan lagi.” (Theresia T. Andayani)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir