BP3 Kesulitan Dana
HARIAN JOGJA: Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DIY, Tri Hartono menyatakan penemuan candi di lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) memiliki nilai historis tinggi. Kendati begitu, pihaknya masih akan melakukan kroscek hari ini (14/12) dengan menggalinya. “Dari pantauan awal, Sabtu (12/12), candi itu memiliki nilai yang tinggi. Namun, untuk lebih memastikannya, kita akan meninjau dengan menggali lagi,” ujarnya, Minggu (13/12).
Sebelumnya, pihak UII berniat membangun perpustakaan. Namun saat pekerja menggali pondasi, ditemukan sisa Candi Mataram Kuno. Pembangunan pun dihentikan sementara.
Ditambahkan Tri Hartono, bila candi itu memiliki nilai yang tinggi nantinya BP3 dengan UII harus fifty-fifty. Maksudnya, pembangunan perpustakaan berlanjut dan pelestarian candi itu juga tidak boleh diabaikan. Sebaliknya, jika memiliki nilai rendah BP3 hanya akan merekamnya saja. Hal ini dapat dilakukan dengan mendokumentasikan dan mengambil beberapa sampel candi, sementara pembangunan perpustakaan dapat dilanjutkan tanpa memberikan jatah area bagi pelestarian candi.
Untuk meneliti lebih dalam, Tri mengaku kesulitan dana, mengingat pada bulan ini masuk dalam anggaran akhir tahun. Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Djoko Dwiyanto mengaku untuk menggali membutuhkan biaya besar. Terlebih, pada pelestarian candi. Dia pun berniat membawa beban pelestarian candi itu ke pusat.
Namun, hal itu tentu dengan melihat klasifikasi nilai historis candi. Lebih lanjut dia mengatakan, sebatas apa candi itu dapat diklasifikasikan ke dalam regional atau nasional dapat dilihat dari delapan aspek. Di antaranya nilai sejarah, ekonomi, dan aspek sosial.
Djoko mengaku pada 1999-2000 pihaknya menemukan ada 39 titik bangunan candi di sepanjang Jalan Jogja-Solo-Semarang. “Ini berdasarkan survei bawah tanah dan penginderaan udara,” kata dia. Sementara, pihak UII Jogja siap menghentikan proses pembangunan gedung perpustakaan. Rektor UII, Edy Suandi Hamid menegaskan jika pihaknya siap mendukung proses evakuasi dan identifikasi candi.
Menanggapi penemuan candi ini, arkeolog UGM, Prof. Inajati Adrisijanti mengaku belum tahu lebih lanjut informasi secara detail mengenai penemuan tersebut. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman, Wahyudi Haru Santosa mengatakan, jika penemuan itu benar-benar adalah benda cagar budaya, lokasi tersebut harus disterilkan.
Oleh Olivia Lewi Pramesti & Andreas Tri Pamungkas
HARIAN JOGJA
Sebelumnya, pihak UII berniat membangun perpustakaan. Namun saat pekerja menggali pondasi, ditemukan sisa Candi Mataram Kuno. Pembangunan pun dihentikan sementara.
Ditambahkan Tri Hartono, bila candi itu memiliki nilai yang tinggi nantinya BP3 dengan UII harus fifty-fifty. Maksudnya, pembangunan perpustakaan berlanjut dan pelestarian candi itu juga tidak boleh diabaikan. Sebaliknya, jika memiliki nilai rendah BP3 hanya akan merekamnya saja. Hal ini dapat dilakukan dengan mendokumentasikan dan mengambil beberapa sampel candi, sementara pembangunan perpustakaan dapat dilanjutkan tanpa memberikan jatah area bagi pelestarian candi.
Untuk meneliti lebih dalam, Tri mengaku kesulitan dana, mengingat pada bulan ini masuk dalam anggaran akhir tahun. Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Djoko Dwiyanto mengaku untuk menggali membutuhkan biaya besar. Terlebih, pada pelestarian candi. Dia pun berniat membawa beban pelestarian candi itu ke pusat.
Namun, hal itu tentu dengan melihat klasifikasi nilai historis candi. Lebih lanjut dia mengatakan, sebatas apa candi itu dapat diklasifikasikan ke dalam regional atau nasional dapat dilihat dari delapan aspek. Di antaranya nilai sejarah, ekonomi, dan aspek sosial.
Djoko mengaku pada 1999-2000 pihaknya menemukan ada 39 titik bangunan candi di sepanjang Jalan Jogja-Solo-Semarang. “Ini berdasarkan survei bawah tanah dan penginderaan udara,” kata dia. Sementara, pihak UII Jogja siap menghentikan proses pembangunan gedung perpustakaan. Rektor UII, Edy Suandi Hamid menegaskan jika pihaknya siap mendukung proses evakuasi dan identifikasi candi.
Menanggapi penemuan candi ini, arkeolog UGM, Prof. Inajati Adrisijanti mengaku belum tahu lebih lanjut informasi secara detail mengenai penemuan tersebut. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman, Wahyudi Haru Santosa mengatakan, jika penemuan itu benar-benar adalah benda cagar budaya, lokasi tersebut harus disterilkan.
Oleh Olivia Lewi Pramesti & Andreas Tri Pamungkas
HARIAN JOGJA
Komentar
Posting Komentar