Gembiraloka Memprihatinkan, Harus Bebenah Jika Tak Mau Ditutup

RADAR JOGJA - Keadaan Kebun Binatang Gembiraloka saat ini dinilai sangat memprihatinkan. Kandang-kandang satwa yang ada di sana kurang memenuhi standar, yang jika dibiarkan secara terus-menerus akan menyebabkan banyak satwa mati. Untuk itu, Gembiraloka membutuhkan injeksi untuk menyelamatkan seluruh populasi yang ada di dalamnya. Hal ini dikemukakan Ketua Umum Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) Dr Rahmat Shah usai melakukan kunjungan kerja Komite I DPD RI ke Kantor Gubernur DIJ, kemarin (27/1).

Dikatakan Rahmat, dari sekitar 50 kebun binatang yang ada di Indonesia, Gembiraloka termasuk kebun binatang dalam peringkat menengah. Keadaan memprihatinkan ini terutama dialami paska gempa Mei 2006 silam. Mulai dari kandang yang tak memenuhi syarat, hingga jumlah satwa yang tak disesuaikan dengan kapasitas lahan yang tersedia. Sehingga jika terlalu banyak satwa sejenis dalam satu tempat sempit, akan berakibat fatal pada kelangsungan hidup satwa itu sendiri.

"Kami sudah berbicara mengenai masalah ini kepada pemilik Gembiraloka. Sebenarnya tak ada masalah besar menyangkut kebun binatang ini. Tapi kalau masalah yang kecil ini akan menjadi besar kalau keadaannya masih seperti ini dan dibiarkan secara terus-menerus," ujar Rahmat. Lebih lanjut dikatakan, pihaknya sudah memberi saran dan masukan mengenai hal ini, dan diharapkan sudah ada jalan keluar untuk menyelamatkan Gembiraloka agar tak ditutup.

Meskipun Gembiraloka tak sejelek kebun binatang lain, seperti Kebun Binatang Jurug di Solo,lanjut dia, standar untuk operasionalnya masih sangat kurang. PKBSI akan dengan tegas menindak kebun binatang yang masih tak penuhi standar itu. Seperti yang sudah dilakukan di sebuah kebun binatang di Kalimantan Barat yang sudah ditutup karena tak bisa perbaiki standar dan tak bisa jalankan fungsi kebun binatang itu sendiri.

Sedangkan yang sedang dibidik PKBSI saat ini adalah kebun binatang Jurug di Solo. Dikatakan Rahmat, kebun binatang ini keadaannya sangat parah dan kemungkinan akan dilakukan penutupan. Hal ini juga akan berlaku bagi Gembiraloka, apabila tak bisa menjalankan tiga fungsi yang dimaksud, yakni kebun binatang sebagai tempat pengunjung mendapat ilmu dan kepuasan, binatangnya harus sejahtera dan sesuai habitat, serta karyawannya harus cukup dan juga sejahtera.

Rahmat juga menuding, sebagian besar kebun binatang yang dinilai gagal itu adalah kebun binatang yang dikelola pemerintah. Dengan kata lain, pemerintah kurang bisa mengelola kebun binatang agar memenuhi standar. "Dari semua kebun binatang di Indonesia, sekitar 70 hingga 80 persennya dikelola pemerintah dan itu kurang berhasil. Sebaiknya kebun binatang memang dikelola swasta yang memiliki concern tinggi di bidang ini," imbuhnya.

Untuk membantu kebun binatang yang sedang 'sekarat', PKBSI mengaku tak memberi bantuan berupa dana, tetapi lebih kepada bantuan dalam bentuk tukar menukar binatang atau satwa yang dinilai sudah melebihi batas populasi. Selain itu, PKBSI juga memberi bantuan berupa tenaga ahli yang akan menyelamatkan populasi satwa di suatu kebun binatang yang keadaannya sudah memprihatinkan.

Humas Gembiraloka Jogja Suharti mengakui, kondisi Gembiraloka paska gempa memang sempat membuat pihak pengelola dan para karyawan down. Untuk itu, saat ini pihaknya telah bekerjasama dengan PT Buana Alam Tirta untuk menyelamatkan kondisi ini. "Kita memang tengah melakukan kerjasama dengan PT untuk memperbaiki kandang- kandang dan hal-hal lain yang perlu dibenahi. Kerjasama ini juga dilakukan dalam bentuk pencairan dana, tapi untuk jumlahnya kami kurang tahu," ungkapnya. (nis)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir