21 Persen Depo Isi Ulang Air Minum Mengandung Bakteri

Dinkes Tutup 1 Depo
RADAR JOGJA - Bagi pengguna air minum galonan kini harus berhati-hati memilih tempat isi ulang. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja menemukan 59 sample air atau 21 persen dari depo isi ulang yang mengandung bakteri ecoli/ coli tinja dan coliform.

"Selama tahun 2009, hasil uji laboratorium yang kami lakukan, ada satu depo di kecamatan Tegalrejo yang kandungan airnya mengandung bakteri ecoli lebih dari 50 persen. Depo tersebut kami berikan waktu dua bulan untuk memperbaiki kualitas airnya. Tapi, batas waktu itu ternyata tidak dihiraukan sampai akhirnya kami bekerjasama dengan Dinas Perizinan (Dinzin) menutupnya," kata Lina Sulistyanti, Staff Seksi Penyehatan Lingkungan Dinkes, kemarin (15/3) di kompleks Balai Kota.

Lina menjelaskan, air yang layak untuk diminum harus mengandung bakteri coliform minimal 0 MPN/100 mililiter dan coli tinja/ecoli 0 MPN/100 mililiter. "Kedua syarat tersebut harus terpenuhi. Baru air dengan kandungan seperti ini yang sehat untuk dikonsumsi," imbuhnya.

Selama ini, dijelaskannya, Dinkes memang selalu mengadakan uji laboratorium bagi depo air minum isi ulang (damiu) di Kota Jogja. Rata-rata, dari data Dinkes, damiu mengirimkan sample air minum setiap bulan satu kali. "Namun ada yang kami berikan kompensasi dua bulan sekali. Ini hanya berlaku bagi damiu yang tidak begitu ramai," jelasnya.

Kepala Seksi (Kasi) Penyehatan Lingkungan, Eni Dwiniarsih menuturkan, pihaknya melakukan pemeriksaan saat air masuk proses penyulingan maupun setelah proses. Dari hasil pemeriksaan tersebut, pihaknya menengarai kedua bakteri tersebut masuk pada pipa-pipa air.

Selain itu, biasanya pengusaha damiu ini melakukan kecurangan dengan tidak menyalakan lampu ultraviolet secara kontinyu. "Ini membuat fungsi ultraviolet yang membunuh bakteri tidak sebagaimana mestinya," tuturnya. Kasus seperti ini yang menurutnya sering tidak diperhatikan pengusaha damiu. "Mereka biasanya juga tidak memperhatikan kondisi lampu ini masih layak atau tidak," ujarnya.

Hal lainnya yang sering diabaikan pengusaha damiu yakni saat proses pencucian. Mayoritas penguasaha damiu ini tidak memiliki sikat galon untuk membersihkan bakteri yang menempel digalon. Akibatnya, galon kurang bersih saat proses pencucian. Ini membuat kotoran tertinggal dalam galon. Kontrol kebersihan galon di damiu memang tidak dipertanyakan Dinkes. Lantaran, kontrolnya tidak seketat produsen yang mengisi pertama kali sebuah galon.

Kebersihan sebuah air minum ini memang tidak bisa dianggap tidak penting. Karena, dampak bagi yang mengkonsumsi air dengan mengandung bakteri ini ternyata bisa menyebabkan kematian. "Penyakit yang disebabkan dari bakteri ini memang hanya diare dan dehidrasi. Tapi, jika tidak perhatikan kedua penyakit ini bisa menyebabkan kematian saat sakitnya naik menjadi dehidrasi dan diare hebat," tandasnya.

Namun, dari catatan Dinkes, sejauh ini memang belum ada kematian di Kota Jogja yang disebabkan komplikasi diare dan dehidrasi hebat. "Karena masyarakat di Kota Jogja mayoritas memang sudah banyak yang sadar akan kebersihan air minumnya," terangnya. (eri)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir