Grebeg Air, Peringati Hari Air Sedunia

Disimulasikan Antrean Panjang di Depan Toilet
RADARE JOGJA | SLEMAN - Untuk memperingati hari air sedunia, 22 Maret hari ini, Bremen Oversies Research and Development Asosiation (BORDA) bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Tekhnologi Pertanian (LPTP) Jogja, berniat mengingatkan kepada dunia akan kebutuhan air bagi umat manusia, dengan menggelar Grebeg Air, di Desa Wisata Sidoakur, Godean, Sleman.

Melalui Grebeg Air ini digambarkan banyaknya manusia yang mengentre di depan toilet untuk berebut cepat buang hajat. Gambaran ini dianggap penting, karena masih banyak masyarakat di dunia yang tidak memiliki sarana MCK (mandi, cuci, dan kakus) secara layak. Bahkan, banyak di antaranya yang belum memiliki MCK pribadi, sehingga harus rela mengantre di sarana umum.

Desa wisata Sidoakur sengaja dipilih oleh panitia dalam menggelar Grebeg Air ini. Alasannya, di desa tersebut telah dibangun sarana MCK dengan sistem modern. "Di bawah MCK, septic tank telah didesain agar kotoran yang masuk secara otomatis akan mengalami pengolahan menjadi biogas," ujar Project Officer Grebeg Air Dian Purnomo di sela-sela acara, kemarin (21/3).

Dian mengatakan, biogas yang dihasilkan dari hasil pengolahan kotoran telah dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari warga sekitar. "Bahkan telah dimanfaatkan untuk mandi air panas," imbuhnya.

Antrean panjang di depan toilet umum itu, kata Dian, juga untuk dicatatkan dalam Guiness Book of Record. Di mana peringatan Hari Air Sedunia itu mengambil tema The Worlds Longest Toilet Queue, yang artinya antrean toilet terpanjang di dunia.

"Bukan hanya di Indonesia, di Amerika saja, selaku penggagas ide, juga masih banyak warga yang harus antre di toilet umum untuk kebutuhan MCK," ungkap Dian yang tampak sibuk wira-wiri mengatur anak buahnya.

Direktur Dewats LPTP Poporianto dalam kesempatan yang sama menyampaikan, antrean toilet terpanjang sebagai gambaran bahwa masalah air bersih dan sanitasi layak dibicarakan dalam konferensi tingkat tinggi.

"Pengumpulan massa ini untuk mendesak dunia agar memprioritaskan peningkatan sanitasi dunia," kata Popo, seraya menambahkan bahwa kegiatan serupa juga digelar di 70 negara selain Indonesia.

Tak cukup dengan simbolisasi antrean panjang yang melibatkan sekitar 500 orang, panitia juga menggelar berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan sanitasi air. Salah satunya dengan gerakan biopori dan lomba aksi cuci tangan. Serta masih banyak kegiatan lain yang bersifat hiburan untuk menarik minat pengunjung.

Menurut Kepala Kantor Lingkungan Hidup Sleman Epiphana Kristiyani, Grebeg Air cukup potensial dalam menciptakan penyadaran masyarakat akan arti penting air. Sebab, kondisi air di wilayah DIJ, khususnya Sleman, Bantul, dan Kota Jogja cukup mengkhawatirkan. "Setiap tahun mengalami defisit air," katanya. (yog)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir