Sindikat Joki Menyusup UGM

YOGYAKARTA – Ujian masuk kelas internasional di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) kemarin diwarnai praktik perjokian. Sebanyak 52 dari 400 peserta ujian terlibat praktik curang ini.
Dari catatan UGM, jumlah peserta yang melakukan praktik kotor ini adalah terbanyak sepanjang sejarah kampus terfavorit di Indonesia tersebut.

Selain terbanyak, modus perjokian juga semakin canggih. Saat ditangkap kemarin, sejumlah alat komunikasi dan kabel yang telah dimodifikasi diketahui terlilit di badan maupun pakaian peserta ujian.Diduga peserta dan sindikat joki juga berkomunikasi dengan gelombang khusus, sebab sinyal handphone sebelumnya telah diacak oleh panitia ujian. Terbongkarnya perjokian ini berawal dari kecurigaan panitia terhadap gerak-gerak sejumlah peserta ujian. Diduga aktivitas tersebut merupakan kode khusus untuk mereka saling berkomunikasi seperti berdehem.

Curiga terjadi perjokian, panitia lantas melakukan penggeledahan.Ternyata benar, dari penggeledahan sejumlah peserta, ditemukan peralatan komunikasi yang sudah dipasang sedemikian rapi. Direktur Administrasi Akademik UGM Prof Budi Prasetyo mengatakan,di antara temuan panitia adalah adanya alat berupa telepon genggam modifikasi yang ditempelkan di pinggang peserta. Antara peserta laki-laki dengan peserta perempuan dibedakan cara pemakaian dan alat tambahannya.

Untuk laki-laki memakai telepon yang dipasang di pinggang dengan dihubungkan ke layar menyerupai jam tangan. Sementara, untuk perempuan juga sama menggunakan telepon genggam yang dipasang di pinggang, namun ditambah menggunakan earphone. Sebagian besar peserta perempuan mengenakan jilbab warna gelap sehingga earphone sulit terdeteksi. Saat peserta kesulitan mendapatkan jawaban, maka joki mengirimkan jawaban yang bisa dilihat di layar yang sudah diubah layaknya jam tangan.

Budi mengaku beberapa saat sebelum ujian Tes Potensi Akademik dan Bahasa Inggris kemarin dimulai, pihaknya sudah meminta semua peserta meninggalkan alat komunikasi di luar ruangan.Namun ternyata modus perjokian lebih canggih. Menurut penyelidikan polisi, modus perjokian termasuk baru.Jika biasanya peserta tes digantikan dengan orang baru yang mirip, namun kemarin anggota sindikat joki turut menjadi peserta ujian.

Pelaku yang menyamar menjadi peserta itu lantas mengerjakan soal dan jawabannya lantas dikirimkan ke operator di luar ruangan.Komunikasi selanjutnya adalah antara peserta yang kesulitan mencari jawaban dengan operator. Agar tidak memicu kecurigaan petugas, selain menggunakan telepon modifikasi, komunikasi dengan operator dilakukan dengan kode-kode tertentu seperti berdehem. Dari penyelidikan awal, panitia dan satuan keamanan kampus (SKK) menemukan 52 peserta yang diduga terlibat perjokian ini.Namun saat pemeriksaan, empat peserta melarikan diri.

“Setelah mendapatkan barang bukti yang cukup, kami pun kemudian memanggil polisi,”jelas Budi. Dia menduga, praktik perjokian ini melibatkan sindikat yang besar.Sebab SKK dan panitia ujian menemukan dua macam kasus, baik lewat telepon maupun pesan singkat. Alat komunikasi yang digunakan tersebut juga terkoneksi dengan operator. Soal keterlibatan orang dalam UGM, Ketua Panitia Lokal SNMPTN DIY belum bisa memastikan. Jika ada mahasiswa atau karyawan UGM yang terbukti terlibat dalam kasus ini, pihak rektorat memastikan akan memberikan sanksi tegas.

Kasat Reskrim Polres Sleman AKP Widi Saputra meyakini, praktik ini sudah dipersiapkan dengan matang. Hasil pemeriksaan sementara, baru satu pelaku yang ditangkap. Namun pelaku kemungkinan lebih dari satu jumlahnya.Pelaku memiliki peran yang berbeda- beda. Namun Polres Slemankemarinmengakuhanya 43 peserta termasuk satu orang pelaku, bukannya 48 seperti yang disampaikan UGM. Dari keterangan awal, pelaku hanya memberikan jawaban- jawaban soal dari peserta yang merasa kesulitan mengerjakan.

Peserta mengontak seorang pelaku yang juga menyamar sebagai peserta tes, lantas memencet telepon genggam yang terlilit di pinggang atau tangan. Kemudian secara cepat, pelaku mengerjakan soal dan jawabannya diberikan ke operator yang berada di luar ruang ujian.Setelah itu,jawaban baru diberikan melalui pesan singkat kepada peserta yang meminta tolong. Pelaku juga mengaku mematok Rp5 juta kepada tiap calon mahasiswa fakultas elite di UGM ini. Uang itu diberikan jika calon mahasiswa terbukti telah diterima. Namun polisi menduga tarif perjokian lebih dari Rp5 juta.

Pihaknya masih mendalami kasus ini. Jika penyamaran yang dilakukan pelaku ilegal, maka pihaknya bisa menjerat dengan pasal 263 mengenai pemalsuan dokumen. Di sisi lain,42 untuk peserta yang menggunakan jasa tersebut masih sebatas sebagai saksi saja.Namun, kalau dilaporkan oleh pihak universitas mengenai tindakan pencemaran nama baik, peserta juga akan dijerat masalah hukum. Rektor UGM Prof Dr Pratikno mengatakan, terungkapnya indikasi kasus perjokian tersebut karena kesigapan pengawas dan panitia ujian di UGM.

“Kejelian teman-teman di UGM telah berhasil mengungkap upaya peserta untuk mengelabuhi petugas. Dan masalah ini akan kami selesaikan dengan jalur hukum,”ujarnya. Humas UGM Wiwit Wijayanti menuturkan, alat komunikasi yang digunakan kebanyakan berupa handphone. Meski tampak tidak utuh lagi, perangkat itu masih terlihat.

“Ada yg dibuat berupa jam tangan dengan layar besar.Ada yang bahkan ditaruh di balik kemeja dan pakaian dalam,” ujarnya.Menurut Wiwit, praktik perjokian yang melibatkan banyak orang baru terjadi kali ini di UGM. ratih keswara/ ridho hidayat/moch fauzi

Sumber Berita  : Seputar Indonesia
Sumber Gambar : Fak Kedokteran UGM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Lowongan Kerja Parsley

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir