Kisah Mbah Un, 34 Tahun Mengajar Sambil Berbaring di Gunungkidul

Gunungkidul (DetikNews Yogyakarta) - Cuaca mendung mengiringi langkah anak-anak menuju sebuah rumah sederhana di Dusun Klampok, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul. Sembari menenteng buku pelajaran, anak-anak tersebut tampak langsung menuju ke sebuah kamar berukuran 3x4 yang berdinding triplek.

"Assalamualaikum, Mbah Un," seru anak-anak tersebut sesampainya di dalam kamar, Rabu (30/1/2019).

"Waalaikumsalam," jawab seorang pria yang tengah terbaring di atas tempat tidur. Bukan karena habis terbangun dari tidur, ternyata pria bernama Untoro (60), warga Dusun Klampok, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul mengalami kelumpuhan pada kedua kaki dan tangannya.

Seketika, anak-anak tersebut langsung menyalami Untoro dan duduk di kursi dan sebuah tempat tidur tak beralaskan kasur yang berada di kamar tersebut. Tak berselang lama, Untoro langsung mengenakan kacamata dan mulai mengambil sebuah buku yang dibaca layaknya seorang guru mengajari murid-muridnya.

Ya, anak-anak tersebut ternyata tengah melangsungkan kegiatan belajar mengajar bersama dengan Untoro. Dengan penuh kesabaran, Untoro mulai memberikan pertanyaan kepada anak-anak tersebut mengenai pelajaran IPA. Tak hanya itu, sesekali Untoro menyisipkan pelajaran Agama yakni mengaji dalam sesi belajar mengajarnya tersebut.

Meski mengalami keterbatasan dalam bergerak, Untoro tampak piawai mengajari anak-anak tersebut. Tampak tangannya dengan cekatan membuka halaman per halaman buku pelajaran yang hendak diajarkannya kepada anak-anak tersebut.

Meski mengalami keterbatasan dalam bergerak, Untoro tampak piawai mengajari anak-anak tersebut. Tampak tangannya dengan cekatan membuka halaman per halaman buku pelajaran yang hendak diajarkannya kepada anak-anak tersebut.

Diceritakan Untoro, bahwa sebelumnya ia hidup dengan kondisi tubuh yang normal. Namun, karena terjatuh saat memanggul ubi di ladang. Akibatnya, Untoro mengalami kelumpuhan total pada bagian vital tubuhnya.

"Jadi waktu itu saya bawa ubi, dan (Ubi yang dipanggul Untoro) kesangkut pohon lalu saya jatuh ke sawah, dan sejak usia 17 saya jadi lumpuh," ucapnya saat ditemui detikcom di kediamannya, Dusun Klampok, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (30/1/2019) sore.

"Jadinya saya cacat seumur hidup, mungkin sudah takdir saya dan saya terima itu," imbuh Untoro.

Lanjut anak ketiga dari enam bersaudara ini, karena lumpuh total membuatnya tidak bisa bergerak layaknya orang normal. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangatnya dalam menjalani hidup. Mengingat setiap hari ia didatangi anak-anak ke rumahnya, hingga suatu ketika Untoro menanyakan kepada anak-anak yang datang ke rumahnya perihal pendidikan.

"Kan banyak anak-anak yang main ke sini (Rumah Untoro), waktu itu saya tanya kok nggak masuk Sekolah? Dijawab mereka libur mbah, dan saat itu ada anak yang minta diajari pelajaran Sekolah, dia tanya gini 'Simbah kalau ngajari saya masih bisa?' Ya saya jawab 'Coba bawa sini bukunya, dicoba sama-sama'," katanya.

Lebih lanjut, Untoro mengakui bahwa ia tidak memiliki background pendidikan Guru, bahkan Untoro hanya mengenyam sekolah hingga bangku kelas 2 SMP karena kondisinya yang lumpuh. Akan tetapi, melihat semangat anak-anak untuk belajar membuat pria murah senyum ini terpanggil untuk mengajar anak-anak tersebut.

"Istilahnya itu saya ikut belajar juga, dan mengajarkannya kepada anak-anak. Karena itu mulai tahun 1985 itu saya mulai mengajari anak-anak, karena menurut saya menuntut ilmu itu wajib. Untuk yang saya ajari mulai anak-anak SD sampai SMP juga ada," ujar Untoro.

Diakuinya, dari belajar bersama itu ia mulai mendapat ilmu yang banyak untuk selanjutnya disalurkan kepada anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Bahkan, karena banyaknya anak-anak yang belajar ke rumahnya ia menerima banyak bantuan buku pelajaran untuk dipelajarinya.

Tak hanya pelajaran Sekolah seperti Matematika dan IPA saja, Untoro juga mengajarkan anak-anak ilmu Agama dengan mengajak mengaji bersama.

"Mengajari Agama dan ngaji itu dimulai sedikit-sedikit, karena saya belajar sendiri dan tidak ada yang mengajari. Setelah bisa, saya sering menyisipkannya (Ilmu agama dan mengaji) di setiap belajar mengajar setiap sore itu," katanya.

Disinggung mengenai jumlah anak-anak yang belajar di rumahnya, Untoro mengaku tidak tahu pasti karena sudah sangat banyak. Bahkan, diakuinya ada beberapa yang saat ini sudah menjadi Guru.

"Untuk murid banyak, ada yang sekarang sudah berkeluarga dan jadi guru juga. Mereka juga masih sering ke sini untuk nengok saya," ucapnya.

Namun, diakui Untoro, karena kondisi tubuhnya yang tidak selalu sehat, sesekali ia meliburkan kegiatan belajar mengajar tersebut.

"Ya pernah saya liburkan juga karena sakit, tapi malah setelah itu saya dibelikan obat sama mereka," katanya.

Disinggung mengenai biaya yang dibebankan kepada anak-anak yang diajarinya setiap sore, Untoro mengaku sama sekali tidak mengenakan biaya sepeser pun. Menurut Untoro, hal itu karena ia mengajari anak-anak dengan rasa ikhlas, selain itu agar anak-anak tidak terjerumus ke dalam hal yang negatif.

"Tidak ada, tidak (Biaya mengajari anak-anak), mereka mau datang dan belajar saja saya senang, yang penting anak-anak rajin belajar, karena menuntut ilmu itu wajib," ujarnya.

Mengenai hingga kapan ia akan mengajari anak-anak tersebut, Untoro tidak memberi batasan. Hal itu dikarenakan menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi semua orang.

"Nggak tahu sampai kapan, yang jelas semoga anak-anak yang belajar si bangku Sekolah dan di sini jadi anak yabg cerdas, pandai dan berguna bagi bangsa Negara, itu saja," katanya.

Sementara itu, salah satu murid Untoro, Raisya Dwi Aryani (9) mengatakan, bahwa ia sudah sering datang ke rumah Untoro untuk belajar. Ia biasanya datang bersama dengan teman-temannya pada sore hari.

"Ya senang saja, bisa kumpul sama teman-teman dan belajar sama-sama," ujar siswi kelas 3 SD ini kepada detikcom.

34 Tahun Mengajar Sambil Berbaring, Mbah Un Hibur Murid dengan Wayang

Gunungkidul - Belajar mengajar gratis yang diinisiasi Untoro (60) tidak hanya membuat anak-anak menyerap ilmu pelajaran. Namun, untuk mengenalkan budaya sejak dini, Untoro kerap menghibur anak didiknya dengan hiburan berupa pewayangan yang ia buat sendiri.

Di tengah-tengah kegiatan belajar mengajar tampak Untoro mengambil sebuah wayang. Seketika pula, pria yang hanya bisa berbaring ini langsung menyanyikan tembang Jawa yang berisi nasihat kepada anak-anak yang sedang belajar di rumahnya.

Tampak anak-anak tersebut memperhatikan gerak tangan Untoro sembari mendengarkan tembang mocopat yang dilantunkan pria difabel tersebut. Selang beberapa menit, Untoro kembali melanjutkan kegiatan belajar mengajar dan menutup kegiatan tersebut.

Dijelaskan Untoro, ia memang sengaja menyisipkan hiburan pewayangan dalam kegiatan belajar mengajarnya. Menurutnya, hal itu dikarenakan ia ingin mengenalkan budaya kepada anak didiknya sejak dini, sekaligus memberikan nasihat melalui tembang mocopat yang dilantunkannya.

"Wayang ini untuk hiburan saja, ceritanya biasanya Goro-goro dan nanti saya nembang Jawa. Jadi biar anak-anak dapat pendidikan tentang apa itu mocopat," ujar Untoro saat ditemui detikcom di kediamannya, Dusun Klampok, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (30/1/2019).

"Selain menghibur, dengan mocopat itu saya sering menyisipkan nasihat ke anak-anak agar termotivasi belajar," imbuhnya.

Disinggung mengenai dari mana wayang tersebut didapatkan, Untoro mengaku membuatnya sendiri dibantu anak didiknya. Untuk bahan pembuatan tokoh pewayangan, Untoro memanfaatkan pembungkus rokok yang ia gambari sendiri dan nantinya dipotong lalu dipasangi kayu kecil sebagai pegangan.

"Ini saya bikin sendiri, seperti bikin wayang punokawan (Gareng, Semar, Petruk dan Bagong) untuk cerita goro-goro ke anak-anak. Dulu anak-anak suka bawain gambar wayang untuk saya tiru saat digambar, tapi karena dari dulu suka wayang saya kan sudah hafal tokoh-tokohnya siapa," ujarnya.

Diakui Untoro, alasannya menghibur anak-anak dengan pertunjukkan wayang karena sejak kecil ia suka menonton pertunjukkan wayang di desanya. Karena itu, dari rasa sukanya itulah ia ingin menggunakannya sebagai media untuk mengedukasi sekaligus mengenalkan budaya kepada anak didiknya.

"Sejak kecil itu saya suka diajak lihat wayangan pas ada acara sunatan dan lain-lain di dsa, dari situ saya suka wayang. Ini juga baru buat wayang lagi, Janoko ini," katanya sembari menunjukkan gambar tokoh pewayangan yang digambarnya sendiri.

Sementara itu, warga setempat, Margono (54) mengatakan bahwa 2 dari 3 anaknya telah lama ikut belajar gratis dengan Untoro. Ia pun mengapresiasi sistem belajar yang dipakai Untoro, khususnya dalam mengenalkan budaya kepada anak didiknya.

"Dua anak saya ikut belajar sama Mbah Un dari dari TK sampai SD, tapi SMP putus belajarnya karena menyesuaikan kurikulum baru. Tapi saya salut dengan mbah Un, meski tidak ada basic pendidikan, Mbah Un selalu memposisikan diri agar anak-anak mau semangat belajar," ujarnya.

Selain itu, dari belajar gratis tersebut, anak-anak mendapatkan ilmu tentang kehidupan sejak diri. Di mana ilmu tersebut belum tentu bisa didapatkan saat belajar di sekolah.

"Banyak nilai plusnya, seperti anak-anak tahu wayang dan membuat anak-anak tidak berkeliaran tidak jelas sehabis pulang Sekolah. Satu lagi, Mbah Un selalu melatih anak-anak untuk membawa uang kecil saat datang. Bukan untuk membayar, tapi uang itu diminta Mbah Un agar dikumpulkan dan kalau sudah setahun nanti disodakohkan ke orang yang membutuhkan," katanya.

Apa yang dilakukan Mbah Un juga mendapat apresiasi dari Kanit Binmas Polsek Purwosari, Aiptu Saparudin. Menurutnya, apa yang dilakukan Mbah Un patut dijadikan contoh bagi orang-orang yang putus asa dalam mengidap penyakit.

"Saya merinding dengan apa yang dilakukan beliau (Untoro), beliau ini contoh yang pas untuk orang-orang yang putus asa karena sakit agar tetap semangat menjalani hidup. Karena meski menderita sakit, mbah Un tetap semangat dan memberi motivasi ke orang lain di lingkungannya," ujarnya.

"Khususnya untuk yang mau gantung diri karena sakit tak kunjung sembuh, lihat Mbah Un, meski sakit dan kekurangan, dia tetap berusaha agar berguna dan memotivasi orang lain agar semangat hidup," pungkasnya.
(sip/sip)

Sumber Berita & Gambar : DetikNews Yogyakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Lowongan Kerja Parsley

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir