Gunung Merapi Kembali Keluarkan Awan Panas, Jarak Luncur 400 Meter

Sleman (DetikNews Yogyakarta) - Gunung Merapi kembali menggugurkan awan panas. Peristiwa itu terjadi pada pagi tadi.

"Telah terjadi awan panas guguran di Gunung Merapi, pada pukul 08.58 WIB," kata petugas jaga Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Kabupaten Sleman, Lasiman saat dihubungi detikcom, Senin (11/2/2019).

Dijelaskannya, jarak luncur guguran sejauh sekitar 400 meter mengarah ke hulu Kali Gendol. Durasi guguran 35 detik.

"Guguran terpantau dari kamera CCTV. Untuk kondisi puncak secara visual terlihat cerah. Status Gunung Merapi masih Waspada," lanjutnya.


Catatan BPPTKG Soal Aktivitas Merapi Sepekan Terakhir

Sleman - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) merangkum aktivitas Gunung Merapi selama sepekan terakhir. Tercatat Merapi mengalami satu kali guguran awan panas pada Kamis 7 Januari 2019 petang.

Berdasarkan laporan aktivitas Merapi tanggal 1-7 Februari 2019, hasil pengamatan secara visual cuaca cerah terjadi pada pagi dan malam hari, siang dan sore hari berkabut. Asap teramati berwarna putih, tebal, dengan tekanan gas lemah. Tinggi maksimum 150 meter teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Kaliurang pada 3 Februari 2019.

"Analisis morfologi berdasarkan foto dari sektor tenggara tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi. Volume kubah lava relatif tetap dengan data minggu sebelumnya. Sebagian besar ekstrusi lava yang terjadi langsung gugur ke hulu Kali Gendol," kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida melalui keterangan tertulisnya, Jumat (8/2/2019).

Selanjutnya, teramati awan panas guguran terjadi pada tanggal 7 Februari 2019 ke arah Kali Gendol. Awan panas guguran terjadi pada pukul 18.28 WIB, jarak luncur 2.000 meter, amplitudo 70 mm dan durasi 215 detik.

"Dalam minggu ini kegempaan Gunung Merapi tercatat 1 kali gempa Awanpanas (PF), 25 kali gempa Hembusan (DG), 2 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 4 kali gempa Fase Banyak (MP), 377 kali gempa Guguran (RF), 11 kali gempa Low Frekuensi (LF) dan 7 kali gempa Tektonik (TT). Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dari minggu sebelumnya," jelas Hanik.

Sedangkan untuk deformasi Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. 

Kemudian untuk Emisi SO2, pengukuran DOAS (Differential Optical Absorption Spectroscopy) sampai tanggal 12 Januari 2019 menghasilkan nilai rata-rata emisi SO2 puncak Merapi sebesar 89,57 ton/day, masih dalam kisaran normal.

"Terkait hujan dan lahar, pada minggu ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 50 mm/jam selama 30 menit di Pos Babadan pada 1 Februari 2019. Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," lanjut Hanik.

Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental maka disimpulkan bahwa kubah lava saat ini dalam kondisi stabil dengan laju pertumbuhan yang masih relatif rendah. Aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi dan ditetapkan dalam tingkat aktivitas Waspada.

BPPTKG merekomendasikan radius 3 km dari puncak Merapi agar dikosongkan dari aktivitas penduduk dan pendakian. 

"Sehubungan dengan sudah terjadinya beberapa kali awan panas dengan jarak luncur yang semakin besar, maka masyarakat di sekitar alur Kali Gendol agar meningkatkan kewaspadaan. Guguran lava dan awan panas berpotensi menimbulkan hujan abu. Masyarakat di sekitar diimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik," terang Hanik.

"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," imbuhnya.

Sumber Berita & Gambar : DetikNews Yogyakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Lowongan Kerja Parsley